AkuratLampung.id
Pesisir Barat -Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pesisir Barat kembali menjadi sorotan tajam. Kali ini, kritikan datang dari masyarakat luas pasca insiden warga hanyut di Pantai Labuhan Jukung, Krui, kamis (10/7/2025)
Korban bernama Aldi Suparman alias Aliman (40), warga Talang Buyut, Kotabumi, Lampung Utara, hanyut kemaren siang jam 14.00 wib hingga kini masih belum ditemukan. Sementara sang istri Megawati dan anak mereka Rizap Ega Putra berhasil selamat setelah sempat terseret ombak ganas kawasan wisata labuhan jukung krui.
Namun, bukannya mendapat respons cepat dan sigap, penanganan dari pihak BPBD justru menuai kekecewaan mendalam. Warga menilai, BPBD Pesisir Barat terkesan lamban, tidak siap, dan kurang peralatan dasar penyelamatan, termasuk alat selam dan perlengkapan evakuasi air.
“Yang ada malah terlihat tim BPBD hanya nongkrong dan berkumpul tanpa arah yang jelas. Aksi nyata nihil, tapi anggaran bencana tetap jalan terus,” ujar salah satu warga masyarakat yang enggan disebutkan namanya.
Kritik semakin tajam ketika publik melihat minimnya langkah konkret di lokasi kejadian. Situasi darurat seperti ini mestinya memicu respon cepat—bukan hanya seremoni kumpul-kumpul di pinggir pantai.
Masyarakat menuding, kondisi ini mencerminkan amburadulnya manajemen kebencanaan dan lemahnya kesigapan personel lapangan. Bahkan beberapa pengunjung yang menyaksikan langsung kejadian menyebut, justru warga sekitar dan relawan yang lebih dahulu turun tangan menyisir pantai demi mencari korban.
Kejadian ini menyisakan pertanyaan besar: Kemana kesiap siagaan BPBD selama ini? Apakah hanya aktif dalam rapat-rapat dan anggaran, namun lumpuh dalam aksi?
Sebagai daerah wisata dengan pesisir panjang dan arus laut yang sering berubah-ubah, Pesisir Barat seharusnya menempatkan keselamatan wisatawan sebagai prioritas utama. Tanpa itu, narasi “Pesisir Barat Surga Wisata” bisa runtuh dalam sekejap—tergerus arus kelalaian dan kelambanan aparatnya sendiri.